Posted by : Probo Maejar Kamis, 10 Oktober 2013


Suku Dayak Kalimantan
Sumber: http//www.google.com
  Siapa yang tidak tahu Suku Dayak di Pulau Kalimantan? Pasti banyak yang sudah tau kan ya. Kali ini saya akan membahas tentang Suku Dayak yang ada di Kalimantan.
Negara kita Indonesia adalah negara yang memiliki banyak pulau. Maka dari itu, Indonesia disebut Negara Kepulauan. Indonesia juga memiliki berbagai macam suku bangsa. Salah satunya yang paling terkenal adalah Suku Dayak.

  Suku Dayak ialah penduduk asli Pulau Kalimantan, dahulu mereka ini mendiami bagian hulu pulau Kalimantan, Akan tetapi tatkala orang Melayu dari Sumatera dan Tanah Semenanjung Malaka datang ke situ dan terdesaklah Suku Dayak. Setelah terdesak dibagian hulu Pulau Kalimantan mereka akhirnya berpindah ke darat Pulau Kalimantan.

 Suku Dayak adalah salah satu contoh keberagaman suku bangsa di Indonesia. Suku Dayak mendiami suatu pulau yang disebut dengan nama Borneo atau kalau orang Indonesia bilang Pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan terbagi menjadi 3 Negara yakni Malaysia, Brunei Darussalam dan tentu saja Indonesia.

  Ada berbagai pendapat tentang asal-usul Suku Dayak, tetapi saat ini belum ada yang betul-betul dinyatakan benar. Namun, pendapat yang diterima umum menyatakan bahwa Suku Dayak ialah salah satu kelompok asli terbesar dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan. Gagasan tentang penduduk asli ini didasarkan pada teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu adalah dipercayai bahwa nenek moyang Suku Dayak berasal dari Cina, Propinsi Yunnan, China Selatan pada tahun 3000-1500 SM. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Mikhail Coomans.

  Suku Dayak termasuk pada kelompok yang bermigrasi secara besar-besaran dari daratan Asia. Suku Dayak merupakan keturunan daripada imigran yang berasal dari wilayah yang kini disebut Yunnan di Cina Selatan. Dari tempat itulah kelompok kecil mengembara melalui Indo China ke jazirah Malaysia yang menjadi loncatan untuk memasuki pulau-pulau di Indonesia, selain itu, mungkin ada kelompok yang memilih batu loncatan lain, yakni melalui Hainan, Taiwan dan Filipina. Perpindahan itu tidak begitu sulit, kerana pada zaman glazial (zaman es) permukaan laut sangat turun (surut), sehingga dengan perahu-perahu kecil sekalipun mereka dapat menyeberangi perairan yang memisahkan pulau-pulau itu.


  Dahulu kala budaya masyarakat Suku Dayak adalah budaya maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan masyarakat Suku Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan perhuluan atau sungai, terutama pada nama rumpun dan nama kekeluargaannya atau marga. Suku Dayak terbagi menjadi enam rumpun yakni Rumpun Klemantan atau Kalimantan, Rumpun Iban, Rumpun Apolcayan, Rumpun Marut, Rumpun Ot Danum-Ngaju dan Rumpun Punan.

1. Senjata Khas Suku Dayak


 Mandau
  Mandau adalah senjata tajam sejenis parang berasal dari kebudayaan Suku Dayak di Kalimantan. Mandau termasuk salah satu senjata tradisional Indonesia. Berbeda dengan parang, mandau memiliki ukiran - ukiran di bagian bilahnya yang tidak tajam. Sering juga dijumpai tambahan lubang-lubang di bilahnya yang ditutup dengan kuningan atau tembaga dengan maksud memperindah bilah mandau.

Mandau berasal dari asal kata "Man-Da-U" adalah nama seseorang yang datang ke pulau kalimantan yaitu dari suku kuno china "Namman" atau Barbar Selatan. Man Da U adalah nama seseorang yang pertama membuat bentuk senjata pedang yang menyerupai bentuk bilah pedang/parang mandau saat ini.Man Da U datang ke pulau kalimantan beserta para tawanan perang Bangsa Barbar Selatan, ada laki-laki dan perempuan kemudian mereka dipekerjakan menjadi budak dan mengabdi kepada Man Da U. Man Da U datang ke kalimantan untuk mencari hasil alam, dia berkeliling ke sungai-sungai dan membentuk kelompok-kelompok dari tempat satu dan tempat lainnya. Tubuh-tubuh mereka ditandai dengan ukiran-ukiran tato agar mereka mengenal setiap kelompok klan yang mereka temui.


  Man Da U terkenal kejam dan ahli dalam peperangan, kelompok klan mereka melawan bangsa-bangsa lain yang datang ke pulau kalimantan, termasuk bangsa Melayu dan Bangsa Austronesia, karena seringnya peperangan antar klan dan bangsa-bangsa yang datang ke pulau kalimantan, Man Da U menjadi terkenal dengan bilah senjatanya yang tajam dan suka memenggal kepala musuh-musuhnya (adat Pengayauan) hingga para bangsa lainnya tidak berani memasuki daerah mereka. Hingga sampai dengan sekarang Mandau menjadi sebutan nama sebuah senjata adat asli Pulau Kalimantan, orang-orang dahulu jika membuat senjata menamakan senjata mereka dengan sebutan senjata Mandau yang sakti seperti leluhur mereka Man Da U yang membawa adat Pengayauan (pemenggalan kepala musuh). 



2. Adat Suku Dayak
Sumber: http://www.google.com
 A. Upacara Tiwah
  
  Upacara Tiwah merupakan acara adat Suku Dayak. Upacara Tiwah merupakan Upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang - tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah dibuat. Sandung adalah tempat semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia. Bagi masyarakat Suku Dayak.

  Bagi Suku Dayak upacara Tiwah sangatlah sakral, pada upacara Tiwah ini sebelum tulang - tulang orang yang sudah meninggal tersebut diletakkan ke Sandung, banyak sekali acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang - tulang tersebut di letakkan di Sandung.

Sandung
Sumber: http://www.google.com
B. Dunia Supranatural

  Dunia Supranatural sudah tidak asing lagi di lingkungan Suku Dayak Pulau Kalimantan. Memang sudah sejak zaman dulu merupakan ciri khas kebudayaan Suku Dayak. Karena dunia supranatural ini pula orang - orang barat menyebut Suku Dayak sebagai pemakan manusia (kanibal). Namun pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai asal mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.

C. Mangkok Merah

  Mangkok merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika Suku Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. Panglima" atau sering suku Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa panglima Dayak itu. Orangnya biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan supranatural yang luar biasa. Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya.

  Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang panglima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber Tariu" ( memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang ) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila bila mendengar tariu.

  Orang-orang yang sudah dirasuki roh para leluhur akan menjadi manusia dan bukan. Sehingga biasanya darah, hati korban yang dibunuh akan dimakan. Jika tidak dalam suasana perang tidak pernah orang Dayak makan manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan di simpan untuk keperluan upacara adat. Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti.  Mangkok merah terbuat dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau merah (acorus calamus) yang melambangkan keberanian (ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras kuning), bulu ayam merah untuk terbang, lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan sebatang korek api), daun rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat berteduh dan tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambang persatuan. Perlengkapan tadi dikemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain merah.  Menurut cerita turun-temurun mangkok merah pertama beredar ketika perang melawan Jepang dulu. Lalu terjadi lagi ketika pengusiran orang Tionghoa dari daerah-daerah Dayak pada tahun 1967. pengusiran Dayak terhadap orang Tionghoa bukannya perang antar etnis tetapi lebih banyak muatan politisnya. Sebab saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia.
  Menurut kepercayaan Dayak, terutama yang dipedalaman Kalimantan yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari nenek kepada bapak, dari bapak kepada anak, hingga saat ini yang tidak tertulis mengakibatkan menjadi lebih atau kurang dari yang sebenar-benarnya, bahwa asal-usul nenek moyang suku Dayak itu diturunkan dari langit yang ke tujuh ke dunia ini dengan Palangka Bulau" ( Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak, sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari langit, sering juga disebutkan Ancak atau Kalangkang" ).

D. Pakaian Adat

  Pakaian Adat untuk wanita dinamakan Ta a dan untuk Laki - laki dinamakan Sapei Sapaq

  Nah, unik bukan? Selain unik kebudayaan Suku Dayak ini juga sangat indah. Maka dari itu kita sebagai penerus bangsa ini. Patutnya menjaga dan membanggakan kebudayaan negeri ini. Kalo bukan kita bangsa Indonesia siapa lagi yang akan menjaga budaya negara kita. Jangan sampai diakui lagi oleh negara lain.
  Sekian ringkasan tentang budaya Suku Dayak. Semoga dapat menambah ilmu tentang kebudayaan kita dan bisa menjaganya MERDEKA!!! wassalam.






Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Copyright © Javanikus Djakartans